Oleh :
Yusmiati Idaningsih
Judul : Rindu Purnama
Penulis : Tasaro G.k
Interlude : Ahmad Fuadi
Penerbit : Bentang
Tempat : Yogyakarta
Cetakan : pertama
Tahun : Januari, 2011
ISBN : 978-602-8811-19-4
Halaman : Vi + 348 halaman
Penulis : Tasaro G.k
Interlude : Ahmad Fuadi
Penerbit : Bentang
Tempat : Yogyakarta
Cetakan : pertama
Tahun : Januari, 2011
ISBN : 978-602-8811-19-4
Halaman : Vi + 348 halaman
Harga : Rp. 54. 500
Novel yang berjudul Rindu Purnama ini ditulis oleh dua
novelis yaitu Tasaro G.K dan A.Fuadi. Penulis pertama yaitu Tasaro G.K. Dia
adalah petani yang juga penulis. Di sela kesehariannya turun-naik Gunung Geulis
untuk mengurus kebunnya, dia terus menulis novel, mengisi kelas menulis dan
bincang-bincang buku. Novel-novelnya meraih banyak penghargaan, seperti
Adikarya Ikapi, novel terbaik FLP Award 2006, juara cerbung Femina 2006, juara
scenario Direktorat Film 2006, penghargaan Menpora 2006, dan Karya Terpuji
Anugerah Pena 2009. Hingga saat ini karya-karyanya mewarnai dunia pustaka
Indonesia, salah satunya Muhammad: Lelaki Penggenggam Hujan. Penulis yang kedua
yaitu Ahmad Fuadi, lahir di Maninjau 30 Desember 1972. Lulusan Hubungan
Internasional Universitas Padjadjaran ini memulai karirnya sebagai wartawan.
Pada1998 dia mendapat beasiswa Full-bright untuk kuliah S-2 di School of Media
and Public Affairs, George Washington University. Sambil kuliah, dia menjadi
koresponden Tempo dan wartawan VOA. Pada 2004, dia mendapatkan beasiswa
Chevening untuk belajar di Royal Halloway, University of London. Novelis yang
pernah bercita-cita menjadi ahli teknologi ini sekarang sibuk berkegiatan
sebagai jurnalis dan praktisi konservasi.
Rindu Purnama merupakan Sebuah Novel keluarga yang begitu
inspiratif yang menceritakan tentang seorang anak jalanan yang tinggal di rumah
singgah di kali code ia terkena amnesia akibat tertabrak mobil seorang
pengusaha yang gila kerja dan masih hidup sendiri (Suria namanya), kemudian
Rindu di tolong oleh Pak Pur (sopir Surya). Entah kenapa setiap kali Surya
melihat rindu selalu merasa jengkel, padahal Surya merupakan sosok pria yang
murah hati. Keinginan Surya hanya satu ia ingin segera menyembuhkan rindu agar
dia cepat pergi dari rumahnya. Sebenarnya namanya Imas. Hanya saja setelah
bertemu Bang Gaj, Imas berubah menjadi Rindu. Rindu pun berubah menjadi Purnama
oleh Pak Pur dan dengan kreatifnya orang Indonesia dalam hal panggilan nama,
menjadi Rindu Purnama.
Berbeda dengan Sarah, ia merupakan sosok perempuan muda yang
mengasuh anak-anak jalanan serta memberikan pendidikan terhadap masyarakat
sekitarnya tentang kesehatan. Ia sangat menyayangi rindu, Baginya rumah singgah
merupakan Matahari Baru. Cintanya kepada anak-anak jalanan asuhannya membuat
tubuh sekaratnya yang mengindap penyakit Lupus menjadi lebih kuat. Kehilangan
Rindu benar-benar mampu mengusir kesakitan sarah akan penyakitnya sendiri.
Semacam racun yang mengalahkan racun lainnya. Pikiran sarah di jejali Rindu
setiap waktu, membuat ia lupa bahwa tubuhnya sendiri membutuhkan perhatian yang
teliti. Baginya Rindu bukan sekadar anak jalanan biasa, anak itu adalah
penghubungnya dengan masa lalu yang mampu mendorongnya terus bertahan hidup.
(baca hal : 275) Kehilangan Rindu membuat penyesalan yang mendalam bagi Surya,
pertemuan singkatnya sangat bermakna bagi surya. Ia sangat merindukan rindu
kembali hadir dalam kehidupannya karena lewat sosok anak kecil ini ia bisa
belajar kasih sayang, kepedulian, kesederhanaan, tujuan hidup dan kebahagiaan.
Setelah Rindu kembali, Surya pun harus menjalankan proyek Property yang menyebabkan penggusuran terhadap anak-anak rumah singgah, kegelisahan dan kegundahan pun mulai melanda hatinya karena harus memilih antara Rindu, Monique wanita yang mencintainya dan Profesional dalam bekerja.
Setelah Rindu kembali, Surya pun harus menjalankan proyek Property yang menyebabkan penggusuran terhadap anak-anak rumah singgah, kegelisahan dan kegundahan pun mulai melanda hatinya karena harus memilih antara Rindu, Monique wanita yang mencintainya dan Profesional dalam bekerja.
Didalam buku fiksi Rindu Purnama ini
mempunyai tema kekeluargaan karena buku ini merupakan sebuah novel keluarga
yang inspiratif yang di ciptakan Tasaro G.K dan A. Fuadi dengan semenarik mungkin.
Karena Di sela-sela
cerita yang di tulis oleh Tasaro juga di selipkan beberapa Interlude yang di
tulis A.Fuadi dengan tema berbeda. Tasaro memang penulis yang bisa dibilang
selalu mengambil tema religi walau mungkin tidak terlalu spesialis seperti Kang Abik. A. Fuadi hanya menulis bagian interlude-nya saja, yang
bisa kita temui dalam bagian terpisah yang diselipkan antara beberapa bab dalam
buku ini. Interludenya sangat mantap dan
mengena sekali, ditambah dengan contoh yang mudah kita pahami, bagian
ini jadi terasa juga tidak kalah penting walau sebenernya tidak bagian ini
tidak harus dibaca urutan.
Di
dalam cerita ini memiliki beberapa tokoh yaitu Rindu yang suka bingung dengan
orang – orang dewasa di sekitarnya, Bu Sarah yang dengan sabar mengasuh anak –
anak jalanan termasuk Rindu, Bang Gaj yang baik hati yang telah mengajari Rindu
menggambar, Pak Bondan yang suka sembahyang karena setiap Rindu ke Sanggar pasti
Pak Bondan selalu sembahyang, Pak Surya yang sebentar galak sebentar baik tetapi
baik hati juga karena telah menyembuhkan Rindu dari amnesianya, Monique yang
galak dan tidak pernah suka dengan Rindu karena Rindu hanya anak jalanan yang
tak berguna menurut Monique.
Ceritanya
termasuk alur maju karena menceritakan dari awal sampai akhir secara runtut
yaitu di awali adanya Rindu yang pergi ke Jakarta untuk mencari uang dan
menjadi loper Koran yang akhirnya jadi pengamen karena perusahaan korannya tiba
– tiba bangkrut dan rindu mengalami amnesia karena tertabrak mobilnya Pak
Surya. Kejadian itu mengakibatkan Rindu tidak ingat apa – apa dan dia lupa akan
segalanya termasuk rumah singgah, Bu Sarah, Akbar dan teman – teman ngamennya.
Rindupun menghilang selama beberapa hari. Tetapi setelah beberapa lama ingatan
Rindu pulih kembali dan ingat akan semuanya. Akhirnya Rindu kembali ke Rumah
Singgah yang di sambut bahagia oleh Bu Sarah dan semua penghuni Rumah Singgah.
Adapun
Latar tempat Rindu Purnama yaitu di rumah singgah di Kali Code, di Sanggar, di
jalanan Jakarta, dan Rumah Pak Surya.
Di dalam cerita Rindu Purnama
menurut saya memiliki sudut pandang orang pertama pelaku utama karena karena
Rindu yang mempertemukan kisah dalam buku ini yaitu Rindu mempertemukan kembali
Gaj dan Sarah dan Rindu membuka arti kebahagiaan bagi Surya dan juga Monique.
Novel ini memang terasa sekali kesan
religi dan banyak pesan moralnya. Mungkin inilah kenapa disebut ‘Novel
Keluarga’ karena banyak sekali pesan moral yang bisa kita ambil dari perjalanan
Rindu ini. Salah satunya yaitu membaca buku ini membuat kita sadar, bahwa tidak
selalu kebahagiaan menurut kepala kita sama dengan kebahagiaan yang mereka
dambakan.
Gaya bahasa yang di gunakan dalam
buku ini adalah sangat sederhana karena bahasanya yang mudah di pahami oleh
para pembaca sehingga pembaca benar – benar mengerti apa isi dari cerita Rindu
Purnama ini.
Buku terbitan Bentang berhasil
membuat pembaca menggigit setiap huruf, mengunyah kalimat dan menikmatinya
setiap paragraf yang di sajikan penulis dan pembaca akan memahami betapa cinta
bisa mengubah semua orang, bahwa pada akhirnya kebaikan akan berjaya dan
beragama bukan hanya persoalan kesalehan individual, melainkan juga persoalan
kesalehan sosial. Hanya saja, rasanya ceritanya tidak berujung seperti yang
saya kira. Pembaca sepertinya diminta untuk bisa menebak sendiri bagaimana
akhir perjalanan Rindu, hubungan Gaj dan Sarah juga apa yang dilakukan Surya
serta Monique selanjutnya.
Buku
ini sangat layak untuk di baca oleh semua kalangan karena banyak nilai – nilai
yang dapat kita ambil dari ceritanya.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar