Rabu, 30 Oktober 2013

Resensi Rindu Purnama



Description: http://photo.goodreads.com/books/1295687589l/10288531.jpgNamaku Jadi Rindu Purnama
Oleh : Yusmiati Idaningsih
Judul                : Rindu Purnama
Penulis             : Tasaro G.k
Interlude         : Ahmad Fuadi
Penerbit            : Bentang
Tempat             : Yogyakarta
Cetakan           : pertama
Tahun              : Januari, 2011
ISBN               : 978-602-8811-19-4
Halaman          : Vi + 348 halaman
Harga              : Rp. 54. 500

Novel yang berjudul Rindu Purnama ini ditulis oleh dua novelis yaitu Tasaro G.K dan A.Fuadi. Penulis pertama yaitu Tasaro G.K. Dia adalah petani yang juga penulis. Di sela kesehariannya turun-naik Gunung Geulis untuk mengurus kebunnya, dia terus menulis novel, mengisi kelas menulis dan bincang-bincang buku. Novel-novelnya meraih banyak penghargaan, seperti Adikarya Ikapi, novel terbaik FLP Award 2006, juara cerbung Femina 2006, juara scenario Direktorat Film 2006, penghargaan Menpora 2006, dan Karya Terpuji Anugerah Pena 2009. Hingga saat ini karya-karyanya mewarnai dunia pustaka Indonesia, salah satunya Muhammad: Lelaki Penggenggam Hujan. Penulis yang kedua yaitu Ahmad Fuadi, lahir di Maninjau 30 Desember 1972. Lulusan Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran ini memulai karirnya sebagai wartawan. Pada1998 dia mendapat beasiswa Full-bright untuk kuliah S-2 di School of Media and Public Affairs, George Washington University. Sambil kuliah, dia menjadi koresponden Tempo dan wartawan VOA. Pada 2004, dia mendapatkan beasiswa Chevening untuk belajar di Royal Halloway, University of London. Novelis yang pernah bercita-cita menjadi ahli teknologi ini sekarang sibuk berkegiatan sebagai jurnalis dan praktisi konservasi.
Rindu Purnama merupakan Sebuah Novel keluarga yang begitu inspiratif yang menceritakan tentang seorang anak jalanan yang tinggal di rumah singgah di kali code ia terkena amnesia akibat tertabrak mobil seorang pengusaha yang gila kerja dan masih hidup sendiri (Suria namanya), kemudian Rindu di tolong oleh Pak Pur (sopir Surya). Entah kenapa setiap kali Surya melihat rindu selalu merasa jengkel, padahal Surya merupakan sosok pria yang murah hati. Keinginan Surya hanya satu ia ingin segera menyembuhkan rindu agar dia cepat pergi dari rumahnya. Sebenarnya namanya Imas. Hanya saja setelah bertemu Bang Gaj, Imas berubah menjadi Rindu. Rindu pun berubah menjadi Purnama oleh Pak Pur dan dengan kreatifnya orang Indonesia dalam hal panggilan nama, menjadi Rindu Purnama.
Berbeda dengan Sarah, ia merupakan sosok perempuan muda yang mengasuh anak-anak jalanan serta memberikan pendidikan terhadap masyarakat sekitarnya tentang kesehatan. Ia sangat menyayangi rindu, Baginya rumah singgah merupakan Matahari Baru. Cintanya kepada anak-anak jalanan asuhannya membuat tubuh sekaratnya yang mengindap penyakit Lupus menjadi lebih kuat. Kehilangan Rindu benar-benar mampu mengusir kesakitan sarah akan penyakitnya sendiri. Semacam racun yang mengalahkan racun lainnya. Pikiran sarah di jejali Rindu setiap waktu, membuat ia lupa bahwa tubuhnya sendiri membutuhkan perhatian yang teliti. Baginya Rindu bukan sekadar anak jalanan biasa, anak itu adalah penghubungnya dengan masa lalu yang mampu mendorongnya terus bertahan hidup. (baca hal : 275) Kehilangan Rindu membuat penyesalan yang mendalam bagi Surya, pertemuan singkatnya sangat bermakna bagi surya. Ia sangat merindukan rindu kembali hadir dalam kehidupannya karena lewat sosok anak kecil ini ia bisa belajar kasih sayang, kepedulian, kesederhanaan, tujuan hidup dan kebahagiaan.
Setelah Rindu kembali, Surya pun harus menjalankan proyek Property yang menyebabkan penggusuran terhadap anak-anak rumah singgah, kegelisahan dan kegundahan pun mulai melanda hatinya karena harus memilih antara Rindu, Monique wanita yang mencintainya dan Profesional dalam bekerja.
            Didalam buku fiksi Rindu Purnama ini mempunyai tema kekeluargaan karena buku ini merupakan sebuah novel keluarga yang inspiratif yang di ciptakan Tasaro G.K dan A. Fuadi dengan semenarik mungkin. Karena Di sela-sela cerita yang di tulis oleh Tasaro juga di selipkan beberapa Interlude yang di tulis A.Fuadi dengan tema berbeda. Tasaro memang penulis yang bisa dibilang selalu mengambil tema religi walau mungkin tidak terlalu spesialis seperti Kang Abik. A. Fuadi hanya menulis bagian interlude-nya saja, yang bisa kita temui dalam bagian terpisah yang diselipkan antara beberapa bab dalam buku ini. Interludenya sangat mantap dan        mengena sekali, ditambah dengan contoh yang mudah kita pahami, bagian ini jadi terasa juga tidak kalah penting walau sebenernya tidak bagian ini tidak harus dibaca urutan.
            Di dalam cerita ini memiliki beberapa tokoh yaitu Rindu yang suka bingung dengan orang – orang dewasa di sekitarnya, Bu Sarah yang dengan sabar mengasuh anak – anak jalanan termasuk Rindu, Bang Gaj yang baik hati yang telah mengajari Rindu menggambar, Pak Bondan yang suka sembahyang karena setiap Rindu ke Sanggar pasti Pak Bondan selalu sembahyang, Pak Surya yang sebentar galak sebentar baik tetapi baik hati juga karena telah menyembuhkan Rindu dari amnesianya, Monique yang galak dan tidak pernah suka dengan Rindu karena Rindu hanya anak jalanan yang tak berguna menurut Monique.
            Ceritanya termasuk alur maju karena menceritakan dari awal sampai akhir secara runtut yaitu di awali adanya Rindu yang pergi ke Jakarta untuk mencari uang dan menjadi loper Koran yang akhirnya jadi pengamen karena perusahaan korannya tiba – tiba bangkrut dan rindu mengalami amnesia karena tertabrak mobilnya Pak Surya. Kejadian itu mengakibatkan Rindu tidak ingat apa – apa dan dia lupa akan segalanya termasuk rumah singgah, Bu Sarah, Akbar dan teman – teman ngamennya. Rindupun menghilang selama beberapa hari. Tetapi setelah beberapa lama ingatan Rindu pulih kembali dan ingat akan semuanya. Akhirnya Rindu kembali ke Rumah Singgah yang di sambut bahagia oleh Bu Sarah dan semua penghuni Rumah Singgah.
            Adapun Latar tempat Rindu Purnama yaitu di rumah singgah di Kali Code, di Sanggar, di jalanan Jakarta, dan Rumah Pak Surya.
            Di dalam cerita Rindu Purnama menurut saya memiliki sudut pandang orang pertama pelaku utama karena karena Rindu yang mempertemukan kisah dalam buku ini yaitu Rindu mempertemukan kembali Gaj dan Sarah dan Rindu membuka arti kebahagiaan bagi Surya dan juga Monique.
            Novel ini memang terasa sekali kesan religi dan banyak pesan moralnya. Mungkin inilah kenapa disebut ‘Novel Keluarga’ karena banyak sekali pesan moral yang bisa kita ambil dari perjalanan Rindu ini. Salah satunya yaitu membaca buku ini membuat kita sadar, bahwa tidak selalu kebahagiaan menurut kepala kita sama dengan kebahagiaan yang mereka dambakan.
            Gaya bahasa yang di gunakan dalam buku ini adalah sangat sederhana karena bahasanya yang mudah di pahami oleh para pembaca sehingga pembaca benar – benar mengerti apa isi dari cerita Rindu Purnama ini.
            Buku terbitan Bentang berhasil membuat pembaca menggigit setiap huruf, mengunyah kalimat dan menikmatinya setiap paragraf yang di sajikan penulis dan pembaca akan memahami betapa cinta bisa mengubah semua orang, bahwa pada akhirnya kebaikan akan berjaya dan beragama bukan hanya persoalan kesalehan individual, melainkan juga persoalan kesalehan sosial. Hanya saja, rasanya ceritanya tidak berujung seperti yang saya kira. Pembaca sepertinya diminta untuk bisa menebak sendiri bagaimana akhir perjalanan Rindu, hubungan Gaj dan Sarah juga apa yang dilakukan Surya serta Monique selanjutnya.
            Buku ini sangat layak untuk di baca oleh semua kalangan karena banyak nilai – nilai yang dapat kita ambil dari ceritanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar